Girls, pasti kamu pernah kan mengalami yang namanya stres? Tapi, apa kamu pernah dengar terkait stres positif?
Mungkin kamu akan bertanya-tanya, memangnya ada stres yang positif?
Yuk cari tau jawabannya di ulasan berikut!
Stres
Stres merupakan reaksi normal manusia yang terjadi pada setiap orang. Stres adalah sebuah reaksi psikologis dan fisik terhadap situasi yang dianggap berbahaya. Faktanya, tubuh manusia dirancang untuk mengalami stres dan bereaksi terhadapnya.
Ketika merasa terancam, sistem saraf akan merespon degan melepaskan hormon stres, yaitu hormon adrenalin dan kortisol. Kedua hormon ini akan memunculkan suatu reaksi yang kemudian memengaruhi sistem saraf simpatik, yang membuat jantung berdebar cepat, tekanan darah meningkat, otot menegang, dan ritme napas menjadi lebih cepat. Reaksi ini disebut sebagai fight-or-flight, yaitu reaksi alami untuk bertahan hidup.
Stres Positif vs Stres Negatif
Stres sendiri sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk, karena respons stres membantu tubuh menyesuaikan diri dengan situasi baru. Dan yang terpenting adalah bagaimana cara kita melihat dan menganggapi stres yang kita alami.
Mungkin kebanyakan orang menganggap bahwa stres itu sifatnya negatif. Padahal, stres bisa juga lho menjadi postif. Misalnya, ketika kamu akan menghadapi ujian, respons stres dapat membantu tubuh bekerja lebih keras dan tetap terjaga lebih lama untuk menghadapi ujian tersebut. Inilah yang disebut eustress, yaitu stres positif yang membantu kita tetap termotivasi, meningkatkan kinerja untuk mencapai tujuan, dan merasa baik tentang hidup. Stres positif dapat berupa kejadian atau tantangan yang menyenangkan atau menegangkan, yang kemudian memicu senyawa kimia di dalam tubuh yang dapat menjaga kesehatan mental. Stres positif ini berdampak pada 3 aspek kehidupan, yaitu:
- Emosional: memberikan perasaan positif berupa kepuasan, inspirasi, dan motivasi.
- Mental: membantu membangun efikasi diri, kemandirian, daya tahan mental, dan kemampuan intelektual.
- Fisik: berdampak pada kesehatan dan kebugaran tubuh, seperti efek dari olahraga atau latihan fisik.
Kebalikan dari eustress, distress adalah stres negatif yang bersifat tidak menyenangkan, menguras tenaga, menurunkan kinerja, meningkatkan kecemasan dan depresi. Tidak seperti eustress, distress dapat membuat kamu merasa kewalahan karena sumber daya yang kamu miliki, baik itu fisik, mental, dan emosional, tidak memadai untuk memenuhi tuntutan yang kamu hadapi.
Berikut ini beberapa tanda yang membedakan antara stres positif dan stres negatif:
Stres Positif (Eustress) | Stres Negatif (Distress) | |
Durasi | Seringkali bersifat jangka pendek, dengan solusi atau jalan keluar yang jelas dari situasi tersebut | Dapat bersifat jangka pendek atau jangka panjang |
Kesulitan | Cenderung merasa tertantang tapi dapat dikelola | Cenderung merasa sulit dikelola dan kewalahan |
Emosi | Mungkin merasa frustasi atau kekhawatiran, tetapi juga kepuasan atau kebahagiaan | Cenderung mengalami kecemasan, panik, atau keputusasaan |
Efikasi diri | Merasa percaya diri dalam menghadapi tantangan, karena merasa dirinya mampu menghadapi tantangan tersebut | Merasa kurang percaya diri, karena efikasi diri yang rendah, merasa dirinya tidak memadai |
Kesejahteraan fisik | Dapat membantu meningkatkan kesehatan fisik | Cenderung memengaruhi kesehatan fisik dan menimbulkan masalah kesehatan |
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Stres
Pengalaman stres seseorang bersifat subjektif, dan tidak ada perasaan yang benar atau salah. Banyak faktor yang dapat memengaruhi bagaimana seseorang merespons situasi yang menantang. Menurut beberapa psikolog, faktor penting ialah sumber daya yang dapat diakses seseorang. Sumber daya ini dapat berupa fisik, seperti:
- Uang
- Transportasi
- Rumah yang stabil
Atau sumber daya nonfisik, seperti:
- Waktu
- Pengetahuan
- Energi
- Kesehatan
- Pekerjaan tetap
- Keterampilan koping yang sehat
- Dukungan sosial
Teori Konservasi Sumber Daya (Concervation of Resource atau COR) memprediksi bahwa mereka yang memiliki lebih banyak sumber daya akan mengatasi kesulitan dengan lebih efektif. Suatu penelitian di tahun 2021, menguji teori ini dengan memeriksa bagaimana sekitar 800 orang menanggapi lockdown akibat COVID-19 di Spanyol. Meskipun banyak orang melaporkan kesulitan selama waktu ini, para peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki lebih banyak sumber daya pribadi, mengalami lebih banyak stress posituf, terutama mereka yang melaporkan memiliki kesejahteraan mental dan fisik yang baik. Sementara stress negatif dikaitkan dengan kurangnya sumber daya.
Ketika Stres Positif Menjadi Negatif
Stres positif dapat berubah menjadi stres negatif apabila berlebihan, terlalu besar kapasitasnya, dan berlangsung dalam jangka panjang. Eustress yang berubah menjadi distress dapat memicu kelelahan, baik itu secara fisik, mental dan emosional.
Lantas, bagaimana cara mencegah agar eustress tidak berubah menjadi distress?
Langkah yang perlu diambil ialah dengan menyadari kapasitas atau kemampuan diri kamu dan mengetahui kapan stres yang dialami sudah berlebihan dan membuatmu kewalahan. Misalnya, seperti ketika kamu mengubah gaya hidup. Perubahan gaya hidup yang lebih sehat dapat menjadi stres positif. Namun, ketika perubahan gaya hidup itu terlalu drastis, maka berpotensi menjadi stres negatif. Contohnya, dengan berolahraga kamu bisa mendapatkan manfaat kesehatan dan kebugaran. Tapi, olahraga ini perlu dimulai secara perlahan dan bertahap, serta disesuaikan dengan kemampuanmu. Maka ini akan menjadi stres positif. Tapi, ketika kamu mulai memaksakan diri untuk berolahraga berlebihan di luar kemampuanmu, maka tubuh akan meresponsnya sebagai suatu stres negatif. Sama halnya, ketika kamu menjalani diet penurunan berat badan. Ketika kamu melakukan secara perlahan dan bertahap, tubuh akan merespons sebagai stres positif. Namun, ketika memangkas kalori terlalu ekstrem, tubuh akan menganggap itu sebagai suatu ancaman dan menjadikannya sebagai stres negatif.
Bukan hanya hanya stres positif saja yang bisa menjadi negatif, tapi stres negatif juga bisa menjadi positif. Mekipun memang tidak semua stres negatif bisa diubah menjadi positif. Tapi, kita bisa mengganti distress dengan eustress, caranya dengan mengubah persepsi mengenai hal yang menyebabkan stres negatif, sehingga menanggap hal tersebut sebagai sesuatu yang membahayakan atau mengancam.
Mengatasi Stres dengan Mekanisme Koping
Bicara terkait mengelola stres, ada istilah yang dikenal sebagai coping mechanism atau mekanisme koping. Istilah ini mengacu pada kebiasaaan yang ditujukan sebagai upaya dalam mengelola stres. Mekanisme koping sendiri terbagi menjadi dua, tergantung pada efeknya apakah merugikan atau menguntungkan, yaitu:
- Positif: berolahraga, bersosialisasi, melakukan hobi, dsb.
- Negatif: mabuk, menggunakan narkoba, binge eating, dsb.
Mekanisme koping seseorang dalam mengatasi stres bisa menjadi salah satu pemicu permasalahan berat badan. Misalnya, ketika sesorang menghadapi suatu tekanan, kemudian ia melampiaskan stres nya dengan makan secara berlebihan atau binge eating, ini akan menyebabkan kenaikan berat badan. Namun, mekanisme koping juga bisa membantu kamu mengatasi permasalahan berat badan. Contohnya, ketika kamu menghadapi stres dengan berolahraga, ini bukan hanya membantu kamu mengelola stres, tapi juga membantu kamu membakar kalori dan menurunkan berat badan.
Segala jenis stres bisa terasa tidak menyenangkan. Namun, tidak semua jenis stres itu buruk. faktanya, stres positif bisa memberikan manfaat untuk aspek kehidupan, termasuk fisik, mental, dan emosional. Akan tetapi, ada kalanya kita mengalami stres negatif, yang membuat kita terkadang merasa sulit mengatasinya. Dan ada kalanya ketika stres positif berubah menjadi stres negatif. Untuk itu, kita perlu menyadari kemampuan diri kita sendiri, serta mengubah persepsi akan sesuatu yang dianggap dapat menyebabkan stres negatif, tak lagi mengancam atau membahayakan. Jika sulit bagimu untuk mengatasi tekanan yang kamu hadapi, cobalah untuk mencari bantuan dari dokter, terapis, ataupun psikolog.
Sumber:
APKI. (2022). The Complete Guide to Sports Nutrition for Strength Training – Edisi Ketiga v2
Cleveland Clinic. (2021). Stress. [online] Tersedia di: https://my.clevelandclinic.org/health/articles/11874-stress
Linberg, S. (2019). Eustress: The Good Stress. [online] Tersedia di: https://www.healthline.com/health/eustress
Merino, M., Vallellano, M., Oliver, C., & Mateo, I. (2021). What makes one feel eustress or distress in quarantine? An analysis from conservation of resources (COR) theory. British Journal Of Health Psychology, 26(2), 606-623. doi: 10.1111/bjhp.12501 https://bpspsychub.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/bjhp.12501
Villines, Z. (2022). Eustress vs. distress: What is the difference? [online] Tersedia di: https://www.medicalnewstoday.com/articles/eustress-vs-distress