Girls, apakah kamu termasuk orang yang gemar minum kopi? Kopi merupakan salah satu minuman yang digemari banyak orang. Biasanya orang-orang meminum kopi untuk mengurangi rasa kantuk dan untuk meningkatkan fokus saat beraktivitas. Tapi, pernahkah kamu masih merasa mengantuk dan kurang fokus walaupun sudah meminum kopi atau minuman lain yang mengandung kafein? Tidak seperti biasanya, dimana setelah kamu meminum kopi rasa kantukmu hilang dan kamu menjadi lebih fokus. Ada kemungkinan kamu telah meningkatkan toleransi terhadap kafein.
Apa sih yang dimaksud toleransi kafein? Simak ulasan berikut yuk!
Namun, sebelum membahas lebih lanjut terkait toleransi kafein, mari kita bahas terlebih dahulu mengenai kafein dan pengaruhnya.
Menurut US National Library of Medicine, kafein adalah suatu zat pahit yang terdapat secara alami pada tumbuhan termasuk kopi, teh, biji kola, dan kakao. Ada juga kafein sintetis (buatan) yang ditambahkan ke beberapa obat-obatan, makanan, dan minuman. Misalnya, beberapa pereda nyeri, obat flu, dan minuman energi, serta permen karet dan makanan ringan.
Kafein bisa memengaruhi metabolisme tubuh, diantaranya:
- Merangsang sistem saraf pusat, untuk membuat kamu merasa lebih terjaga dan memberi dorongan energi.
- Menimbulkan efek diuretik, buang air kecil lebih banyak.
- Meningkatkan asam lambung, terkadang menyebabkan sakit perut atau mulas.
- Mengganggu penyerapan kalsium dalam tubuh.
- Meningkatkan tekanan darah.
Batas konsumsi kafein per hari yaitu 400 mg kafein, atau setara dengan 3-4 cangkir kopi. Jika terlalu banyak konsumsi kafein bisa menyebabkan masalah kesehatan, seperti perasaan gelisah, insomnia, sakit kepala, pusing, irama jantung yang cepat atau tidak normal, dehidrasi, kecemasan, hingga ketergantungan. Namun, beberapa orang lebih sensitif terhadap kafein, sehingga mengonsumsinya sedikit saja bisa menimbulkan efek samping.
Bagaimana Toleransi Kafein Bisa Terjadi?
Kafein bekerja dengan memblokir reseptor adenosin otak yang berperan dalam tidur, gairah, dan kognisi. Molekul adenosin biasanya mengikat reseptor ini dan menghambat pelepasan bahan kimia otak seperti dopamin yang meningkatkan gairah dan meningkatkan kesadaran. Dengan menghalangi adenosin berikatan dengan reseptornya, kafein meningkatkan pelepasan zat kimia di otak yang dapat mengurangi kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan. Efek stimulasi kafein terjadi dalam 30 – 60 menit setelah mengonsumsinya dan berlangsung rata-rata selama 3-5 jam.
Namun, sebuah penelitian menunjukkan mengkonsumsi kafein secara terus menerus bisa meningkatkan produksi reseptor adenosin di dalam tubuh, yang kemudian menurunkan efek kafein dan menyebabkan kamu menjadi toleran terhadap kafein dari waktu ke waktu.
Bagaimana Mengatasi Toleransi Kafein?
Ketika kamu mengalami toleransi kafein, mengonsumsi kafein dalam jumlah yang biasa kamu konsumsi tidak memberikan efek yang sama seperti sebelumnya. Ini mungkin membuatmu mengonsumsi kafein dalam jumlah yang lebih banyak. Namun, hal ini bukanlah cara yang baik. Mengonsumsi lebih banyak kafein dari biasanya, hanya bertahan dalam jangka pendek, sebab mungkin kamu mengembangkan toleransi yang lebih lagi. Selain itu, terlalu banyak mengonsumsi kafein juga tidak baik untuk kesehatanmu.
Cara terbaik untuk mengatasi toleransi terhadap efek kafein ialah dengan mengurangi asupan kafein. Bagi kamu yang telah mengonsumsi kafein secara teratur dan kemudian tiba-tiba berhenti, kamu mungkin mengalami kondisi yang dikenal dengan istilah penarikan kafein. Kondisi ini bisa menimbulkan beberapa gejala seperti sakit kepala, kantuk, sifat mudah marah, mual, dan sulit berkonsentrasi. Namun gejala-gejala ini biasanya hilang setelah beberapa hari.
Kamu bisa perlahan-lahan mengurangi jumlah kafein yang kamu konsumsi dari waktu ke waktu untuk mendapatkan kembali respons yang pernah kamu dapatkan dari konsumsi kafein.
So girls, jika kamu mulai merasa tidak mendapatkan efek yang sama lagi setelah mengonsumsi kafein, jangan malah menambah jumlah asupan kafeinmu ya. Alih-alih menambah asupan kafein, sebaiknya kamu kurangi konsumsi kafein, dan cobalah untuk istirahatkan tubuhmu sejenak untuk mengembalikan energimu.
Sumber:
Healthline.com. (2021). Caffeine Tolerance: Fact or Fiction?. [online] Tersedia di: <https://www.healthline.com/nutrition/caffeine-tolerance> [Diakses pada 14 Oktober 2021].
U.S National Library of Medicine. (Tanpa Tahun). Caffeine. [online] Tersedia di: <https://medlineplus.gov/caffeine.html> [Diakses pada 14 Oktober 2021].
Verywellfit.com. (2021). What Is Caffeine Tolerance?. [online] Tersedia di: <https://www.verywellfit.com/what-is-caffeine-tolerance-5190505> [Diakses pada 14 Oktober 2021].