VIRAL, MINUMAN TEH KEKINIAN YANG DIANGGAP KEMANISAN DAN BISA BIKIN DIABETES

Girls, baru-baru ini sempat viral di media sosial terkait minuman teh kekinian, yang dianggap memiliki rasa yang kemanisan. Akhir-akhir ini, memang ada berbagai jenis minuman manis kekinian yang cenderung tinggi gula, mulai dari boba, kopi, hingga teh. Tanpa kita sadari, minuman manis kekinian telah menjadi bagian dari keseharian kita. Biasanya saat haus, saat butuh camilan, atau hanya sekadar melepas bosan, beberapa orang kerap mencari minuman manis. Ada yang konsumsi satu cup, dua cup, bahkan tiga cup atau lebih minuman manis dalam sehari.

Kebanyakan minuman manis kekinian ini cenderung tinggi gula, bahkan 1 cup ukuran reguler bisa mengandung sekitar 25 g gula, bahkan ada pula yang lebih dari 50 g gula dalam 1 cup. Padahal, kita perlu membatasi asupan gula, maksimal 4 sendok makan atau 50 g gula dalam sehari. Kebayang kan kalau kita minum lebih dari 1 cup minuman manis, berapa banyak asupan gula kita dalam sehari? Belum lagi gula dari makanan atau minuman lain yang kita konsumsi.

Terlalu banyak minum minuman manis tidak baik untuk kesehatan lho girls.

Memang apa sih dampaknya kalau kita terlalu banyak mengonsumsi minuman manis?

1. Meningkatkan risiko obesitas

Terlalu banyak mengonsumsi gula tambahan, terutama dari minuman manis, meningkatkan risiko kenaikan berat badan dan dapat menyebabkan penumpukkan lemak tubuh, terutama lemak visceral. Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan pada hewan, konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan resistensi leptin, hormon yang mengatur rasa lapar dan memberi tahu tubuh untuk berhenti makan. Dengan kata lain, minuman manis bisa memicu kita untuk mengonsumsi lebih banyak kalori cair (kalori yang berasal dari minuman). Hal ini bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan meningkatkan risiko obesitas.

2. Meningkatkan risiko diabetes tipe 2

Diabetes merupakan salah satu penyebab utama kematian dan penurunan harapan hidup di dunia. Konsumsi gula berlebih, termasuk dari minuman manis berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit diabetes tipe 2. Terlalu banyak konsumsi gula dapat menyebabkan obesitas dan resistensi insulin (hormon yang mengatur kadar gula darah), yang keduanya merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Tahukah kamu, bahwa menurut data dari International Diabetes Federation, jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2021 mencapai 19,47 juta jiwa? Jumlah ini meroket 167% dibandingkan jumlah penderita diabetes pada tahun 2011 yang mencapai 7,29 juta jiwa. Dan diperkirakan jumlah penderita diabetes akan meningkat hingga mencapai 23,32 juta jiwa di tahun 2030. Tentu, kamu tidak ingin menjadi bagian dari 23 juta orang itu kan girls?

3. Meningkatkan risiko penyakit jantung

Konsumsi gula berlebih bukan hanya berkaitan dengan penyakit diabetes, tetapi juga berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit lainnya, termasuk penyakit jantung yang merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Terlalu banyak konsumsi gula dapat menyebabkan obesitas dan peradangan, serta peningkatan trigliserida, gula darah, dan tekanan darah, yang mana semuanya merupakan faktor risiko penyakit jantung. Selain itu, terlalu banyak konsumsi gula, termasuk dari minuman manis, juga berkaitan dengan aterosklerosis, penyakit yang ditandai dengan adanya penumpukan lemak yang menyumbat arteri dan menimbulkan plak. Kondisi ini bisa menyebabkan penyakit jantung dan stroke.

4. Meningkatkan risiko kulit berjerawat

Konsumsi karbohidrat olahan berlebih, termasuk makanan dan minuman manis, telah dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi terkena jerawat. Minuman manis memiliki indeks glikemik yang tinggi, yang dapat menyebabkan lonjakan gula darah dan insulin, yang menyebabkan peningkatan produksi hormon androgen, produksi minyak, dan peradangan, yang semuanya berperan dalam perkembangan jerawat.

5. Memicu kerusakan gigi

Terlalu banyak konsumsi gula dapat menyebabkan masalah pada gigi, seperti gigi berlubang. Bakteri di mulut memakan gula dan melepaskan produk sampingan berupa asam, yang dapat menyebabkan demineralisasi gigi. Akibatnya gigi mengalami kerusakan dan berlubang.

Girls, itulah beberapa dampak kesehatan yang mungkin timbul jika kamu mengonsumsi minuman manis berlebihan. Setelah mengetahui dampaknya, semoga kamu tidak berlebihan lagi ya dalam mengonsumsi minuman manis

Tips buat kamu yang suka minum minuman manis

Mengonsumsi minuman manis sebenarnya tidaklah dilarang, asalkan kamu bisa tetap bijak dalam mengonsumsinya. Yang pertama perlu diingat bahwa, kita perlu membatasi asupan gula per hari maksimal 4 sendok makan atau 50 g. Jika kamu ingin minum minuman manis, kamu bisa terapkan beberapa tips berikut:

  • Pilih yang less sugar (sedikit gula)
  • Kurangi konsumsi gula dari makanan lain
  • Konsumsi makanan yang kaya serat untuk membuatmu tetap kenyang
  • Cobalah buat minuman manis versi kamu sendiri, misalnya jus buah dengan sedikit atau tanpa tambahan gula
  • Cukupi kebutuhan air minimal 8 gelas sehari

Drink less sugar, because you’re sweet enough already

Sumber:

Farhangi, M., Nikniaz, L., & Khodarahmi, M. (2020). Sugar-sweetened beverages increases the risk of hypertension among children and adolescence: a systematic review and dose–response meta-analysis. Journal Of Translational Medicine18(1). https://doi.org/10.1186/s12967-020-02511-9

International Diabetes Federation. (2021). IDF Dabetes Atlas 10th edition:  Indonesia Diabetes Report 2000 – 2045. [online] Tersedia di: https://diabetesatlas.org/data/en/country/94/id.html

Kubala, J. (2022). 11 Reasons Why Too Much Sugar Is Bad for You. [online] Tersedia di: https://www.healthline.com/nutrition/too-much-sugar

Leitner, D. R., Frühbeck, G., Yumuk, V., Schindler, K., Micic, D., Woodward, E., & Toplak, H. (2017). Obesity and Type 2 Diabetes: Two Diseases with a Need for Combined Treatment Strategies – EASO Can Lead the Way. Obesity facts10(5), 483–492. https://doi.org/10.1159/000480525

Lin, X., Xu, Y., Pan, X., Xu, J., Ding, Y., Sun, X., Song, X., Ren, Y., & Shan, P. F. (2020). Global, regional, and national burden and trend of diabetes in 195 countries and territories: an analysis from 1990 to 2025. Scientific reports10(1), 14790. https://doi.org/10.1038/s41598-020-71908-9

Artikel Lainnya