BAGAIMANA BUDAYA DIET MEMENGARUHI PANDANGAN TERKAIT CITRA TUBUH HINGGA POLA MAKAN

Ladies, apa yang terlintas dalam pikiranmu pertama kali setelah mendengar istilah ‘Diet  Culture’? Mungkin beberapa berpikiran bahwa diet culture atau budaya diet merupakan suatu kebiasaan pola makan untuk menjadi lebih sehat, bagian dari gaya hidup sehat, atau semacamnya.

Jika kamu menganggap budaya diet seperti suatu hal yang baik, kenyataannya budaya diet bisa berbahaya dan merugikan, dan dapat menjadi faktor risiko gangguan dismorfik tubuh, gangguan makan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Bagaimana bisa? Simak ulasan berikut yuk!

Apa yang dimaksud Budaya Diet?

Diet culture atau budaya diet adalah keyakinan yang meresap bahwa penampilan dan bentuk tubuh yang ramping atau kurus lebih penting daripada kesehatan fisik, psikologis, dan kesejahteraan. Konsep ini menekankan pentingnya membatasi kalori, menormalkan self-talk negatif, dan melabeli makanan tertentu sebagai ‘baik’ atau ‘buruk’.

Budaya diet melibatkan keasyikan dengan penampilan fisik ditambah dengan mengikuti standar makan yang sempurna. Budaya diet dapat mencakup perilaku obsesif terkait batasan kalori, jenis makanan yang dikonsumsi, olahraga kompulsif, dan metode lain yang digunakan untuk menurunkan berat badan.

Budaya diet bisa terjadi dimana saja, dan sering menjadi tren di masyarakat yang dipengaruhi budaya Barat. Budaya diet umumnya lazim di kalangan ekonomi menengah ke atas, dimana citra seseorang sering menjadi identik dengan status dan kekuasaan. Selain itu, ini bisa menjadi umum di kalangan remaja dan dewasa muda yang cenderung menekankan penampilan daripada kesehatan fisik.

Dampak Budaya Diet

Budaya diet bisa berbahaya, terutama karena sering disamakan dengan saran tentang gizi yang optimal dan pencegahan penyakit. Namun, penting untuk dipahami bahwa budaya diet lebih dari sekadar makan makanan bergizi dan menjaga kesehatan fisik. Budaya diet dapat dengan cepat menjadi gaya hidup konsumtif yang membahayakan kesehatan fisik dan emosional.

Contoh budaya diet meliputi:

  • Melabeli makanan sebagai baik atau buruk.
  • Berolahraga untuk membakar sejumlah kalori atau untuk mendapatkan hadiah
  • Membatasi atau menghindari seluruh kelompok makanan karena dianggap buruk (seperti karbohidrat, susu, gula)
  • Merasa bersalah atau malu karena makan.
  • Mencoba menekan nafsu makan dengan kafein, nikotin, teh diet, atau air.
  • Menghindari situasi sosial tertentu untuk menghindari makan.
  • Merasa tidak berharga atau tidak menarik karena bentuk tubuh.
  • Menimbang berat badan dan mengubah perilaku berdasarkan angka pada timbangan.
  • Mengagungkan tubuh yang kurus dan penurunan berat badan.
  • Berasumsi bahwa tubuhmu bertanggung jawab atas hal-hal baik atau buruk yang terjadi.
  • Terlibat dalam perilaku atau pembicaraan yang mempermalukan lemak
  • Merasa iri pada orang lain karena berat badan mereka.
Baca :   Alasan Wanita Lebih Rentan Alami Osteoporosis Dibandingkan Pria

Pengaruh budaya diet terhadap kesehatan mental

Budaya diet dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dengan:

  • Memicu pikiran cemas (misalnya obsesi terkait apa yang boleh atau tidak boleh dimakan, rencana makan berikutnya, merenungkan kesalahan yang kamu buat dengan makan)
  • Meningkatkan perasaan bersalah dan malu.
  • Terlibat dalam solusi berbahaya seperti obat-obatan, alkohol, pencahar, pembersihan, atau olahraga berlebihan untuk mengimbangi makan.
  • Memengaruhi hubunganmu.
  • Mencegahmu mencoba hal baru karena merasa tidak memiliki penampilan yang tepat untuk melakukan hal tersebut.
  • Mengalihkan perhatianmu dari pekerjaan, sekolah, atau tanggung jawab lainnya.

Pengaruh budaya diet terhadap pola makan

Budaya diet merupakan salah satu faktor yang turut berkontribusi dalam gangguan makan atau eating disorderNational Eating Disorders Association (NEDA) melaporkan bahwa 35% diet menjadi obsesif, dan 20 – 25% tindakan diet berubah menjadi gangguan makan. Hal ini mungkin saja terjadi, apalagi di era digital, dimana informasi bisa dengan mudah tersebar atau diperoleh dari berbagai media sosial. Media memiliki dampak yang luar biasa pada citra tubuh. Platform media sosial dituding mendistorsi kenyataan, dimana model digambarkan secara alami kurus dan dianggap mewakili normalitas, atau kurus secara tidak wajar karena diet ekstrem, kekurangan gizi, dan/ atau pengeditan digital. Penggambaran ini mendorong seseorang baik pria atau wanita untuk membandingkan diri mereka dengan penampilan yang ideal yang digambarkan dalam media sosial. Paparan gambar tubuh ideal di media sosial ini telah dikaitkan dengan ketidakpuasan terhadap citra tubuh, penurunan harga diri, dan kecemasan terkait citra tubuh. Hal ini kemudian membuat seseorang rentan terlibat dalam taktik penurunan berat badan yang berbahaya atau ekstrem, yang dapat memicu perkembangan gangguan makan seperti bulimia, anorexiabinge eatingorthorexia, atau gangguan makan lainnya.

Baca :   Viral, Diet Kopi Americano Jadi Tren Diet Baru

Gangguan makan merupakan penyakit mental serius yang sering membutuhkan perawatan profesional. Gangguan makan merupakan salah satu penyakit mental paling mematikan, dimana seorang individu meninggal setiap 52 menit karena penyebab terkait. Selain itu, lebih dari seperempat orang dengan gangguan makan mencoba bunuh diri. Pola makan yang tidak teratur dapat dengan cepat menjadi masalah dan mengancam jiwa.

Seseorang dengan gangguan makan seringkali juga disertai dengan gangguan dismorfik tubuh, yaitu gangguan yang menyebabkan seseorang menjadi terpaku atau terobsesi dengan penampilan luar mereka dan apa yang mereka lihat sebagai kekurangan.

Memerangi Budaya Diet

Dalam masyarakat yang membombardir orang dengan banyak pesan tentang citra tubuh dan memiliki tubuh ideal yang kurus, menolak budaya diet bisa menjadi rumit. Sementara menghindari budaya diet sama sekali tidak mungkin karena sifatnya yang meresap di semua aspek masyarakat, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk membatasi paparan budaya diet dan bagaimana memeranginya.

  • Bijak bermedia sosial

Dalam menggunakan media sosial tentu kita harus bijak dalam menggunakannya. Berbagai informasi bisa tersebar luas di media sosial, baik informasi yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya ataupun informasi yang kurang valid atau kurang sesuai, termasuk informasi terkait diet ekstrem atau fad diet, memiliki tubuh ideal berarti kurus, dan lain sebagainya. Untuk itu, penting bagi kita untuk menyaring informasi yang diperoleh dari media sosial, dan mencari tahu kebenarannya, alih-alih menelan informasi tersebut mentah-mentah, atau mengikuti tren diet yang sedang hits yang dijalani para influencer di media sosial.

  • Menerapkan netralitas tubuh

Netralitas tubuh adalah gagasan bahwa kamu harus fokus pada apa yang dapat dilakukan oleh tubuhmu saat ini, di masa sekarang, daripada seperti apa yang kamu inginkan. Ini mengalihkan pikiran kamu dari mencoba memanipulasi atau mengontrol penampilanmu. Menerapkan netralitas tubuh bisa membantumu menjauh dari budaya diet dan pelabelan makanan.

  • Edukasi dirimu dengan informasi kesehatan

Membaca dan mengedukasi diri sendiri tentag apa itu kesehatan secara keseluruhan dapat membantu kamu memperoleh pemahaman lebih dalam tentang bagaimana berfokus hanya pada tubuh yang kurus dan pembatasan makanan dapat merusak kesehatan kamu. Ini juga membantu kamu memahami berbagai cara menjadi sehat, termasuk tipe tubuh dan pola makan.

Baca :   Diabetes: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Ladies, budaya diet merupakan masalah yang sedang berlangsung dalam masyarakat modern, dan tampaknya tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Memperhatikan penampilan fisik dan bentuk tubuh bukanlah suatu hal yang buruk dan wajar saja bagi kebanyakan orang termasuk wanita. Penampilan fisik dan bentuk tubuh yang ideal akan membuat seseorang merasa lebih percaya diri.

Akan tetapi, bukan berarti kita hanya berfokus pada penampilan fisik dan bentuk tubuh tanpa memerhatikan kesehatan fisik ataupun mental. Terlebih menganggap bahwa tubuh ideal berarti kurus, dan melakukan berbagai cara, termasuk diet ekstrem untuk mendapatkan tubuh yang kurus, merupakan suatu hal yang kurang tepat. Penting untuk dicatat bahwa menjadi kurus tidak otomatis berarti kamu sehat.

Selain itu, penting pula untuk memahami bahwa untuk menjaga atau menurunkan berat badan tidak perlu dilakukan dengan cara-cara yang ekstrem, seperti mengurangi asupan kalori dalam jumlah besar secara drastis, melakukan olahraga berlebihan, menghilangkan berbagai kelompok makanan yang dinilai buruk, dan sebagainya. Kamu bisa melakukan diet sesuai pedoman Gizi Seimbang yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan RI yang tentunya lebih aman. Dimana dalam prinsip diet ini kamu dianjurkan mengonsumsi beragam makanan sesuai kebutuhanmu, melakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit per hari, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta mencukupi kebutuhan air harian minimal 8 gelas (2 L) per hari.

Sumber:

Choosing Therapy (2021). Diet Culture: Definition, Examples, & Impacts. [online] Tersedia di: <https://www.choosingtherapy.com/diet-culture/> [Diakses pada 18 Oktober 2021].

National Eating Disorder Association. (2013). Eating Disorders on The College Campus. [online] Tersedia di: <https://www.nationaleatingdisorders.org/sites/default/files/CollegeSurvey/CollegiateSurveyProject.pdf> [Diakses pada 18 Oktober 2021].

Verywellfit.com. (2021). What is Diet Culture?. [online] Tersedia di: <https://www.verywellfit.com/what-is-diet-culture-5194402> [Diakses pada 18 Oktober 2021].

US Sandiego Recreation. (2021). What is “Diet Culture”?. [online] Tersedia di: <https://recreation.ucsd.edu/2021/01/diet-culture-social-media/> [Diakses pada 18 Oktober 2021].

Artikel Lainnya