Stop Bias dan Stigma Berat Badan!

"Ladies, berat badan bisa menjadi suatu hal yang sensitif bagi beberapa orang. Ini karena beberapa orang kerap mengalami diskriminasi atau penilaian negatif karena berat badannya. Orang yang kegemukan atau obesitas kerap mendapatkan bias dan stigma berat badan, yang bisa menjadi boomerang bagi usaha diet yang dijalaninya. Sebenarnya apa sih yang dimaksud bias dan stigma berat badan, serta bagaimana dampaknya? Simak ulasan berikut yuk!"

Jika bicara mengenai berat badan, terkadang banyak orang yang enggan membahasnya dan cenderung menghindarinya. Terutama bagi mereka yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Kemungkinan hal ini disebabkan karena adanya bias dan stigma terkait berat badan.

Bias berat badan mengacu pada sikap dan perilaku negatif terhadap individu sebagai akibat dari ukuran berat badan mereka. Berbeda dengan stigma berat badan, yang merupakan label sosial negatif yang ditempelkan pada seseorang karena hidup dalam berat badan berlebih. Bias berat badan berkaitan dengan stereotip pribadi terhadap orang-orang yang dianggap kelebihan berat badan atau obesitas. Termasuk anggapan bahwa orang yang kelebihan berat badan atau obesitas cenderung lebih malas, tidak cerdas, kurang disiplin, dan tidak termotivasi, dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Adanya bias terkait berat badan ini kemudian memicu munculnya stigma berat badan, yang mana stigma ini mengacu pada sikap diskriminatif terhadap orang-orang dengan berat badan berlebih atau obesitas.

Orang obesitas mungkin mengalami komentar verbal negatif, ejekan, atau serangan fisik. Mereka mungkin mendapatkan stigma di lingkungan sekolah, tempat kerja, fasilitas kesehatan, media, dan bahkan dari teman hingga keluarga.

Data dari Rudd Center for Food Policy and Obesity menunjukkan bahwa:

  • Anak usia sekolah dengan obesitas mengalami 63% lebih berisiko mengalami bullying.
  • 54% orang dewasa dengan obesitas melaporkan mendapatkan stigma dari rekan kerja.
  • 69% orang dewasa dengan obesitas melaporkan pengalaman stigma dari tenaga kesehatan.
  • Meskipun pria dan wanita sama-sama mengalami stigma dan tekanan terkait obesitas yang dialaminya, namun wanita cenderung lebih banyak mendapatkan stigma dibandingkan laki-laki.

Stigma dan ketakutan akan stigma dapat memengaruhi kesehatan fisik dan psikologi seseorang.

  • Ketakutan akan stigma menyebabkan orang cenderung menghindari mencari perawatan medis yang menciptakan hambatan untuk pencegahan obesitas dan strategi pengobatan.
  • Stigma berat badan menyebabkan seseorang tidak puas akan citra tubuhnya, yang kemudian membuatnya merasa rendah diri dan tidak berharga. Kondisi ini dapat mendorong orang untuk menurunkan berat badan dan menjadi kurus dengan melakukan diet ekstrem dan penggunaan obat pencahar atau diuretik untuk mendorong penurunan berat badan. Selain itu, ketidakpuasan akan citra tubuh juga berkaitan dengan terjadinya gangguan pola makan seperti anorexia nervosa yang membatasi makanan seminimal mungkin, bulimia atau memuntahkan kembali makanan yang dimakan, hingga binge eating atau makan berlebihan tanpa upaya untuk mengeluarkannya.
  • Stigma berat badan berkorelasi positif dengan peningkatan kadar hormon stres, yang mana stres bisa berdampak pada kesehatan. Saat stres, tubuh akan melepaskan hormon kortisol. Hormon ini dapat mempersempit pembuluh darah, sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Pelepasan hormon kortisol juga menyebabkan peningkatan detak jantung dan pernapasan, di saat bersamaan simpanan glukosa dari hati akan menuju aliran darah, yang menyebabkan kadar gula darah meningkat. Selain itu, hormon kortisol juga dapat meningkatkan sel lemak. Hormon tersebut akan memindahkan lemak dari tempat penyimpanannya di seluruh tubuh ke sel lemak di dalam perut (sel lemak visceral). Sehingga lemak visceral meningkat dan meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes. Hormon kortisol juga dapat memengaruhi nafsu makan, yang menyebabkan keinginan makan berlebih yang bisa berdampak ke kenaikan berat badan.
  • Stigma berat badan bisa menyebabkan depresi, kecemasan berlebih, dan gangguan psikologis lainnya. Bahkan dalam beberapa kasus, pada orang yang mendapat stigma berat badan muncul pikiran atau tindakan bunuh diri.
  • Orang dengan obesitas mungkin menginternalisasi bias berat badan, dimana mereka memberikan stereotip negatif terhadap diri mereka sendiri. Mereka menilai diri mereka sebagai pemalas, tidak disiplin, dan kurang termotivasi. Hal ini akan membuat mereka cenderung kurang aktif dan kurang termotivasi untuk menurunkan berat badan. Internalisasi bias berat badan juga berkaitan dengan gangguan makan seperti binge eating.

Beberapa orang berpendapat bahwa stigmatisasi orang dengan obesitas akan mendorong mereka untuk menurunkan berat badan. Namun, ternyata hal ini bukanlah metode yang efektif untuk membantu mereka menurunkan berat badan. Sebaliknya, hal itu dapat mengakibatkan orang yang kegemukan atau obesitas merasa rendah diri, serta cenderung enggan mencari perawatan medis. Yang mana kondisi ini bisa menghambat pencegahan dan penanganan obesitas.

Maka dari itu, penting untuk menghapuskan bias dan stigma berat badan, agar orang dengan kegemukan atau obesitas tidak lagi takut dan merasa terkucilkan. Menghapuskan bias dan stigma berat badan dapat dicapai dengan peningkatan pendidikan mengenai penyebab obesitas, serta fokus lebih luas pada dampak psikologis yang memengaruhi mereka.

Yuk ladies, berikan dukungan terbaikmu untuk anggota keluarga, kerabat, atau rekanmu yang mungkin mengalami kegemukan atau obesitas dengan mengajaknya menerapkan pola hidup sehat dengan diet sesuai Gizi Seimbang dan melakukan olahraga teratur.

Sumber:

Halodoc.com. (2020). Stres Bisa Memicu Terjadinya Diabetes, Ini Alasannya. [online] Tersedia di: <https://www.halodoc.com/artikel/stres-bisa-memicu-terjadinya-diabetes-ini-alasannya> [Diakses pada 23 September 2021].

Marshall, R., Latner, J. and Masuda, A. (2020). Internalized Weight Bias and Disordered Eating: The Mediating Role of Body Image Avoidance and Drive for Thinness. Frontiers in Psychology, 10.

Lee, M., Gonzalez, B., Small, B. and Thompson, J. (2019). Internalized weight bias and psychological wellbeing: An exploratory investigation of a preliminary model. PLOS ONE, 14(5), p.e0216324.

Verywellfit.com. (2021). What is Weight Bias?. [online] Tersedia di: <https://www.verywellfit.com/what-is-weight-bias-5089111[Diakses pada 23 September 2021].

WHO. (Tanpa tahun). Weight bias and obesity stigma: considerations for the WHO European Region. [online] Tersedia di: <https://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0017/351026/WeightBias.pdf[Diakses pada 23 September 2021].

World Obesity Federation. (Tanpa Tahun). Weight Stigma. [online] Tersedia di: <https://www.worldobesity.org/what-we-do/our-policy-priorities/weight-stigma> [Diakses pada 23 September 2021].