OMAD Diet, Amankah Makan Hanya Sekali dalam Sehari?

Ladies, pernahkan kamu mendengar diet yang dikenal dengan istilah OMAD atau One Meal a Day? Diet yang hanya membolehkan kamu makan hanya sekali dalam sehari ini diklaim bisa membantu menurunkan berat badan. Tapi, apakah diet ini benar-benar efektif dan aman untuk dilakukan? Simak ulasan berikut yuk!

One Meal a Day Diet

Konsep diet OMAD atau One Meal a Day sebenarnya sama seperti intermittent fasting, dimana kamu hanya boleh makan pada waktu tertentu dan selebihnya kamu harus berpuasa. Diet OMAD bisa dibilang sangat ketat, karena kamu hanya diperbolehkan makan hanya sekali dalam sehari.

Kebanyakan orang yang menjalani diet OMAD memilih untuk makan hanya pada malam hari, meskipun ada juga yang memilih sarapan atau makan siang saja. Beberapa versi diet ini mengizinkan 1 – 2 kali mengonsumsi makanan ringan disamping satu kali makan. Namun, beberapa pengikut diet OMAD tidak mengonsumsi apapun yang mengandung kalori selama periode puasa, dan hanya mengonsumsi makanan atau minuman berkalori hanya 1 kali, yang biasanya berlangsung sekitar 1 jam atau lebih dalam sehari, 23 jam selebihnya harus berpuasa.

Diet OMAD dan Penurunan Berat Badan

Orang-orang yang mengikuti diet OMAD percaya bahwa diet ini bisa memberikan banyak manfaat, seperti menurunkan berat badan dengan cepat, mudah diikuti, dan tidak ada larangan makanan yang dikonsumsi, artinya kamu bisa mengonsumsi apa saja.

Dalam diet penurunan berat badan, kamu perlu membuat defisit energi. Ini bisa kamu lakukan dengan meningkatkan jumlah kalori yang dibakar atau mengurangi asupan kalori. Diet OMAD menciptakan defisit kalori yang bisa membantu menurunkan berat badan.

Akan tetapi, hanya sedikit bukti yang mendukung gagasan bahwa makan satu kali dalam sehari dapat membantu penurunan berat badan. Metode diet dengan berpuasa atau intermittent fasting, cenderung bisa membantu menurunkan berat badan. Namun, tampaknya tidak lebih efektif daripada metode pembatasan kalori dengan mengurangi asupan kalori secara keseluruhan dari setiap kali makan. Selain itu, diet OMAD juga terbilang ekstrem. Saat menjalani diet ekstrem, mungkin kita bisa menurunkan berat badan dengan cepat, tapi juga akan cepat naik kembali atau dikenal dengan efek yoyo.

Dampak Diet OMAD pada Kesehatan

Meskipun penelitian telah mengaitkan puasa dan pembatasan kalori bisa membantu menurunkan berat badan dan mengurangi massa lemak, tetapi membatasi kalori terlalu banyak, seperti makan hanya sekali sehari, bisa memberikan dampak negatif yang lebih banyak bagi kesehatan.

Penelitian menunjukkan bahwa pembatasan kalori secara ekstrem, termasuk makan hanya 1 kali dalam sehari secara signifikan menyebabkan peningkatan rasa lapar, meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol jahat (LDL) dan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dengan pola makan normal 3 kali sehari. Yang mana hal tersebut merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.

Penelitian lain menunjukkan bahwa makan 1 kali sehari bisa meningkatkan kadar gula darah puasa, menunda respons tubuh terhadap insulin, dan meningkatkan kadar hormon grelin yang merangsang lapar, dibandingkan dengan makan 3 kali sehari. Ini bisa menyebabkan kamu mengalami kelaparan yang ekstrem.

Tidak hanya itu, berpuasa dan hanya makan 1 kali sehari bisa meningkatkan kemungkinan hipoglikemia atau gula darah rendah, terutama pada mereka yang menderita diabetes tipe 2.

Selain itu, makan hanya 1 kali sehari juga bisa menyebabkan gejala-gejala seperti mual, pusing, mudah marah, lemah dan tidak bertenaga, dan sembelit. Diet OMAD juga tidak cocok diterapkan oleh banyak kelompok orang seperti wanita hamil atau ibu menyusui, anak-anak dan remaja, lansia, atau orang dengan gangguan makan.

Membatasi asupan hanya sekali dalam sehari juga menyebabkan kecenderungan makan yang tidak teratur. Terlebih sangat sulit mendapatkan asupan gizi yang cukup dengan makan 1 kali dalam sehari. Ini bisa menyebabkan kamu mengalami kekurangan gizi, yang bisa berdampak pada masalah kesehatan, misalnya seperti anemia.

Tidak adanya aturan terkait makanan yang boleh dikonsumsi dan yang perlu dibatasi pada diet OMAD, membuat beberapa orang cenderung makan makanan tinggi kalori dan makanan olahan, seperti makanan cepat saji, pizza, donat, dan es krim selama satu kali makan. Konsumsi makanan tinggi kalori, lemak dan gula secara berlebihan berkaitan dengan risiko kesehatan seperti diabetes, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya.

Ladies, makan 1 kali sehari mungkin merupakan cara yang populer untuk menurunkan berat badan, tetapi itu bukan ide yang baik untuk kesehatanmu secara keseluruhan. Karena diet ini cenderung ekstrem dan memberikan banyak dampak negatif bagi kesehatanmu. Jika kamu ingin menurunkan berat badan, sebaiknya lakukan pengurangan asupan kalori secara bertahap 500 – 1.000 kalori per hari.  Jalani diet sesuai pola diet gizi seimbang, kamu bisa makan 3 kali sehari dengan 2 – 3 kali selingan. Lakukan olahraga secara teratur setidaknya 150 menit dalam seminggu. Serta konsultasikan dengan ahli gizi terkait kebutuhan gizimu ya ladies.

 

Sumber:

Amidor, T. (2012). How Often Should You Eat?. [online] Tersedia di: <https://www.foodnetwork.com/healthyeats/diets/2013/07/how-often-should-you-eat> [Diakses pada 1 Desember 2021].

Carlson, O., Martin, B., Stote, K. S., Golden, E., Maudsley, S., Najjar, S. S., Ferrucci, L., Ingram, D. K., Longo, D. L., Rumpler, W. V., Baer, D. J., Egan, J., & Mattson, M. P. (2007). Impact of reduced meal frequency without caloric restriction on glucose regulation in healthy, normal-weight middle-aged men and women. Metabolism: clinical and experimental56(12), 1729–1734. https://doi.org/10.1016/j.metabol.2007.07.018

Corley, B., Carroll, R., Hall, R., Weatherall, M., Parry-Strong, A. and Krebs, J., 2018. Intermittent fasting in Type 2 diabetes mellitus and the risk of hypoglycaemia: a randomized controlled trial. Diabetic Medicine, 35(5), pp.588-594.

Fletcher, J. (2020). Should I eat just one meal a day?, [online] Tersedia di: <https://www.medicalnewstoday.com/articles/320125> [Diakses pada 1 Desember 2021].

Kahleova, H., Lloren, J. I., Mashchak, A., Hill, M., & Fraser, G. E. (2017). Meal Frequency and Timing Are Associated with Changes in Body Mass Index in Adventist Health Study 2. The Journal of nutrition147(9), 1722–1728. https://doi.org/10.3945/jn.116.244749

Kubala, J. (2020). Is Eating One Meal a Day a Safe and Effective to Lose Weight?. [online] Tersedia di: <https://www.healthline.com/health/one-meal-a-day> [Diakses pada 1 Desember 2021].

Mayo Clinic. (2020). Counting calories: Get back to weight-loss basics. [online] Tersedia di: <https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/weight-loss/in-depth/calories/art-20048065> [Diakses pada 1 Desember 2021].

Stote, K. S., Baer, D. J., Spears, K., Paul, D. R., Harris, G. K., Rumpler, W. V., Strycula, P., Najjar, S. S., Ferrucci, L., Ingram, D. K., Longo, D. L., & Mattson, M. P. (2007). A controlled trial of reduced meal frequency without caloric restriction in healthy, normal-weight, middle-aged adults. The American journal of clinical nutrition85(4), 981–988. https://doi.org/10.1093/ajcn/85.4.981

WebMD. (2021). Is eating One Meal a Day Safe?. [online] Tersedia di: <https://www.webmd.com/diet/is-eating-one-meal-a-day-safe#1> [Diakses pada 1 Desember 2021].