Apakah Aman Mengonsumsi Pemanis Buatan?

Ladies, sering kita temui pemanis buatan di dalam berbagai produk makanan dan minuman diet, namun kandungan ini telah sering menjadi perdebatan yang sengit. Beberapa orang mengklaim bahwa pemanis buatan bisa meningkatkan resiko kanker, membahayakan gula darah, dan kesehatan usus. Di sisi lain, ada juga yang mengklaim aman, sehingga banyak orang yang mengonsumsinya untuk mengurangi asupan gula dan menurunkan berat badan. Lantas pernyataan mana yang tepat?

Pemanis buatan atau bahan pengganti gula adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan pada beberapa makanan dan minuman untuk menimbulkan rasa manis. Beberapa orang ada yang menyebutnya sebagai pemanis yang intens karena kandungan ini mampu memberikan rasa yang mirip dengan gula namun lebih manis lagi.

Cara kerja pemanis buatan yaitu dengan memiliki molekul yang cukup mirip dengan gula agar molekul tersebut sesuai dengan reseptor manis pada lidah. Namun, molekul pemanis buatan berbeda dengan gula yang biasanya bisa dipecah menjadi kalori. Hanya sebagian diantaranya yang memiliki senyawa yang mampu dipecah oleh tubuh menjadi kalori namun sangat sedikit. Berikut beberapa pemanis buatan yang diizinkan penggunaannya oleh BPOM :

  1. Sakarin

Sakarin biasa dikenal dengan istilah ‘biang gula’. Derajat kemanisannya 300 - 400 kali gula pasir (sukrosa). Studi menunjukkan bahwa sakarin tidak bereaksi dengan DNA, tidak bersifat karsinogenik, tidak menyebabkan karies gigi, dan cocok untuk penderita diabetes. Nilai ADI sakarin yaitu 5 mg/kg berat badan. ADI adalah jumlah maksimum bahan tambahan pangan yang dapat dikonsumsi setiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek merugikan terhadap kesehatan.

  1. Sukralosa

Sukralosa merupakan derivate dari sukrosa, mempunyai tingkat kemanisan sekitar 600 kali gula pasir. Sukralosa tidak dapat dicerna dan diserap organ pencernaan sehingga tidak meningkatkan kadar gula dalam darah. Salah satu keunggulan sukralosa adalah tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun selama pengolahan suhu tinggi. Nilai ADI: 15 mg/kg berat badan.

  1. Sorbitol

Merupakan monosakarida (glukosa) dengan derajat kemanisan 0,5-0,7 kali gula pasir. Sorbitol juga bisa menjadi humektan, pengental, dan mencegah terbentuknya kristal pada sirup. Dapat digunakan untuk produk makanan dan minuman bagi penderita diabetes dan diet rendah kalori. Namun perlu diperhatikan ya ladies, konsumsi sorbitol perhari > 50 g akan berefek laksatif.

  1. Aspartam

Derajat kemanisan Aspartam yaitu 60 – 220 kali gula pasir dan tidak menyisakan after taste pahit. Namun pemanis ini tidak cocok ditambahkan ke dalam bahan yang akan dipanaskan. Aspartam menghasilkan fenilalanin di dalam tubuh sehingga penggunaannya wajib mencantumkan disclaimer ‘Mengandung Fenilalanin’ sebagai peringatan bagi penderita fenilketonuria (kelainan metabolik yang tidak mampu memetabolisme fenilanalnin sehingga akan menumpul dalam darah dan bersifat toksik terhadap otak). Nilai Kalori: 0.4 kkal/gram sedangakan nilai ADI: 50 mg/kg berat badan.

  1. Stevia

Stevia ditemukan di Amerika Selatan dan digunakan sebagai suplemen makanan sebagai pengganti gula memiliki rasa 250-300 kali lebih manis daripada gula. Tidak memiliki kalori dan juga tidak meninggalkan dampak glisemik, yang membuatnya cocok untuk dikonsumsi oleh pasien diabetes dan kamu yang mencoba untuk menjaga berat badan tetap stabil. Nilai ADI: 4 mg/kg berat badan.

  1. Xylitol

Xylitol adalah gula alkohol natural dan dapat ditemukan di buah beri dan jagung. Xylitol memiliki hanya 9 kalori persatu sendok teh dan indeks glikemik lebih rendah dari gula biasa. Xylitol juga berfungsi mencegah bakteri penyebab plak melekat di gigi sehingga mencegah kerusakan gigi. Batas aman konsumsi xlytol adalah <20 gram per hari.

Mengonsumsi pemanis buatan memang harus disesuaikan dengan kondisi tubuh kita ya ladies karena ada beberapa orang yang harus menghindari kandungan pemanis buatan ini, seperti individu dengan kelainan metabolisme fenilketonuria yang langka sehingga tubuhnya tidak dapat me-metabolisme asam amino fenilalanin yang terdapat pada aspartam. Selain itu individu yang alergi terhadap sulfonamid, suatu senyawa yang ada pada pemanis buatan jenis Sakarin. Untuk mengantisipasi hal tersebut biasanya kita bisa membaca keterangan di dalam kemasan mengenai disclaimer individu yang tidak dianjurkan mengonsumsi produk tersebut. Selain itu, meskipun kandungan kalori pemanis buatan rendah namun tetap kita harus memperhatikan nilai ADI pada setiap jenis pemanis buatan supaya tidak menimbulkan efek samping dalam jangka waktu panjang. Studi menunjukkan pemanis buatan bila dikonsumsi dalam jumlah yang disarankan, tidak meningkatkan risiko kanker. Jadi jangan khwatir ya

Sumber:

https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/additional-information-about-high-intensity-sweeteners-permitted-use-food-united-states

Ebbeling, C. B., Feldman, H. A., Chomitz, V. R., Antonelli, T. A., Gortmaker, S. L., Osganian, S. K., & Ludwig, D. S. (2012). A Randomized Trial of Sugar-Sweetened Beverages and Adolescent Body Weight. New England Journal of Medicine, 367(15), 1407–1416.doi:10.1056/nejmoa1203388

http://www.p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/pemanis-buatan-mana-yang-aman