Ladies, siapa nih di antara kalian yang sudah memiliki anak usia remaja? Anak remaja dapat menguji kesabaran ladies sebagai orang tua dengan sikapnya yang mulai suka memberontak.
Seperti kasus yang belum lama ini terjadi, jagat maya dihebohkan dengan pertikaian antara salah seorang artis Tanah Air dan anaknya yang masih berusia remaja. Sejak 2 tahun belakangan hubungan ibu dan anak ini menjadi memanas, sang anak pun dinilai memberontak kepada ibunya.
Apa sih sebenarnya yang menjadi penyebab anak remaja suka memberontak dan bagaimana cara menyikapinya?
Artikel kali ini akan membahas mengenai hal tersebut lebih lanjut. Yuk simak informasinya berikut ini!
Apa Penyebab Remaja Suka Memberontak?
Pemberontakan remaja merupakan fase yang ditakuti banyak orang tua. Pada usia ini, mereka mulai mengeksplorasi diri mereka, terkadang mereka merasa seolah hanya ingin menentang orang tua mereka.
Pemberontakan remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk:
- Pencarian identitas – selama masa remaja, mereka mencoba mencari tahu diapa diri mereka. Selama fase ini, mereka kerap menentang aturan-aturan yang ditetapkan orang tua.
- Pengaruh teman sebaya dan media sosial – teman dan paparan media sosial memainkan peran krusial dalam cara seorang remaja bersikap. Remaja ingin menyesuaikan diri dan mungkin meniru perilaku, sikap, atau aktivitas tertentu yang berasal dari teman dekat mereka ataupun dari paparan media sosial. Mereka mungkin memberontak terhadap aturan orang tua yang menurut mereka mengganggu kehidupan sosialnya.
- Perubahan kognitif dan emosional – masa remaja adalah masa dimana otak dan emosi mengalami perubahan besar. Otak remaja masih dalam tahap pematangan, khususnya korteks prefrontal, yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan pengendalian impuls. Hal ini bisa menyebabkan luapan emosi dan perilaku berisiko, yang dapat terlihat seperti pemberontakan remaja.
- Ekspektasi orang tua – terkadang ekpektasi yang tinggi dari orang tua membuat remaja merasa tertekan dan frustasi. Hal ini dapat memicu remaja untuk memberontak.
- Stres dan kesehatan mental – remaja mungkin menghadapi banyak stres, yang disebabkan dari sekolah menengah hingga masalah sosial. Hal ini terkadang membuat remaja mengalami kecemasan dan depresi. Alhasil, pemberontakan menjadi cara remaja untuk mengekspresikan stres mereka.
Pengaruh Gaya Pengasuhan Orang Tua Terhadap Sikap Remaja yang Suka Memberontak
Selain faktor di atas, ternyata gaya pengasuhan orang tua terhadap anak juga dapat menjadi penyebab remaja memberontak.
- Authoritarian parenting – menetapkan aturan yang ketat dan ingin anak mereka mematuhinya tanpa bertaya. Jika anak melanggar aturan, mereka akan dihukum. Gaya pengasuhan ini dapat memicu pemberontakan, karena remaja berusaha untuk mandiri dan menolak aturan yang strict atau kaku.
- Authoritative parenting – menetapkan aturan aturan, namun mereka juga terbuka dan pengertian. Mereka berbicara dengan anak, mendorong kemandirian, dan menjelaskan alasan di balik aturan tersebut. Gaya pengasuhan ini biasanya menghasilkan lebih sedikit pemberontakan, karena menumbuhkan saling pengertian dan rasa hormat antara orang tua dan anak.
- Permissive parenting – tidak menetapkan banyak aturan atau harapan, dan memberi banyak kebebasan pada anak remaja mereka. Tidak adanya aturan juga dapat memicu perilaku memberontak remaja. Karena terlalu dibebaskan, remaja mungkin melakukan tindakan-tindakan berisiko untuk mencari perhatian.
- Uninvolved parenting – orang tua cenderung tidak terlibat dalam menanggapi kebutuhan anak mereka, termasuk kebutuhan emosional. Pengasuhan seperti ini dapat membuat remaja memberontak, karena merasa ditolak. Mereka mungkin mencoba menegaskan harga diri mereka atau mencari dukungan emosional dan figur otoritas di tempat lain.
Orang tua yang terlalu over protective pada anaknya juga dapat memicu anak menjadi pemberontak.
Bagaimana Menyikapi Anak Remaja yang Memberontak?
Menyikapi anak remaja yang memberontak memerlukan kesabaran dan pengertian. Beberapa hal yang dapat dilakukan termasuk:
1. Bangun komunikasi yang lebih baik
Membangun kepercayaan dan pengertian dalam hubungan orang tua dan anak remaja yang suka memberontrak dapat membantu menciptakan komuniikasi yang lebih baik. Ingat ladies, untuk membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak remaja, perlu waktu dan usaha. Tapi, dengan mendengarkan secara aktif, mengajukan pertanyaan terbuka, dan menghargai kemandirian mereka, dapat membantu ladies membangun hubungan yang lebih kuat dengan anak remaja.
Mulailah dengan melatih keterampilan mendengarkan secara aktif dan menunjukkan minat yang tulus pada pikiran dan perasaan anak remaja. Hindari menyela dan berikan perhatian penuh saat mereka mengekspresikan diri. Ini akan membantu mereka merasa didengarkan, dihormati, dan dipahami.
2. Hadir dalam kehidupan mereka
Wajar bagi remaja lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya daripada dengan orang tua mereka. Tapi saat mereka di rumah, pastikan mereka merasa aman dan dicintai. Terlibat dalam kegiatan bersama atau mendapatkan quality time antara orang tua dan anak bisa membantu menjalin ikatan anak dan orang tua.
3. Dapatkan bantuan profesional
Ketika pemberontakan remaja terus berlanjut dan mulai terlibat dengan perilaku berisiko, seperti penyalahgunaan obat-obatan, melukai diri sendiri, atau tindakan menyimpang lainnya, hal ini bisa jadi menunjukkan masalah emosional atau perilaku yang mendasarinya berada di luar jangkauan orang tua.
Tanda-tanda lainnya dapat termasuk perubahan drastis dalam kehidupan sosial, penarikan diri dari kegiatan keluarga, atau perubahan suasana hati yang tak terduga.
Dalam kondisi ini, cobalah untuk mencari bantuan dari konselor, terapis, atau profesional kesehatan mental lainnya. Dapatkan nasihat dan strategi penanganan yang efektif bagi remaja dan keluarga.
Ladies, pemberontakan remaja adalah fase yang rumit dan menantang bagi orang tua dan remaja itu sendiri. Penting bagi orang tua untuk menghadapinya dengan empati, kebaikan, dan komunikasi yang terbuka.
Tetap waspada terhadap tanda-tanda masalah yang mendasarinya, tapi ingat untuk selalu menyikapinya dengan penuh kasih sayang.
Jangan ragu untuk mendapatkan bantuan profesional jika diperlukan ya ladies.
Sumber:
Child Focus. (2024). How to Survive Your Teen’s Rebellious Phase. https://www.child-focus.org/news/how-to-survive-your-teens-rebellious-phase/
Nazario, B. (2003). Teenagers: Why Do They Rebel? https://www.webmd.com/parenting/features/teenagers-why-do-they-rebel
Parents. (2024). Parents’ Guide to Dealing with Teenage Rebellion: Effective Approaches. https://parents.app/child-ages-stages/teenagers/teenage-rebellion/a/
Zhang, Q., Pan, Y., Zhang, L., & Lu, H. (2021). Parent-Adolescent Communicatio and Early Adolescent Depressive Symptoms: The Roles of Gender and Adolescents’ Age. Frontiers in Psychology, 12, 647596. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.647596