Jadi Penyebab Kematian Barbie Hsu, Cari Tahu Bahaya Pneumonia!

Bahaya Pneumonia, Penyebab Kematian Barbie Hsu

Ladies, belakangan dunia hiburan Asia dikagetkan dengan berita seputar meninggalnya Barbie Hsu. Kabar duka ini sontak mengagetkan para penggemarnya dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Pemeran San Shai dalam serial populer Meteor Garden ini meninggal dunia di usia 48 tahun akibat pneumonia yang dipicu oleh influenza.

Kita mungkin kerap menganggap bahwa influenza merupakan penyakit yang ringan, tapi siapa sangka penyakit ini bisa memicu pneumonia yang menyebabkan kematian.

Tapi, apa sih pneumonia itu? Bagaimana influenza dapat memicu pneumonia? Serta bagaimana megatasinya? Yuk simak informasi lengkapnya dalam artikel berikut ini!

Fakta Seputar Wafatnya Barbie Hsu karena Pneumonia

Dilansir dari CNN Indonesia, aktris cantik Taiwan Barbie Hsu meninggal dunia pada Minggu, 2 Februari 2025 di Jepang akibat pneumonia. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh sang adik, yakni Dee Hsu.

Barbie Hsu meninggal dunia saat tengah menghabiskan waktu liburan Tahun Baru di Jepang bersama keluarganya.

Sumber menyatakan bahwa Barbie Hsu mengalami batuk-batuk dan sakit tenggorokan saat tiba di Hakone, Jepang pada 29 Januari 2025. Setelahnya, ia juga tak jalan-jalan akibat sakit dan semoat konsultasi di rumah sakit kecil hingga situasi menurun dan ia bertemu dokter di rumah sakit yang lebih besar.

Barbie Hsu didiagnosis mengalami influenza A dan mendapatkan pengobatan. Namun, Barbie Hsu tak melanjutkan rawat jalan ketika pindah ke Tokyo hingga kondisi kesehatannya semakin memburuk pada 1 Februari malam, yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan darurat. Namun, sangat disayangkan, ia dinyatakan meninggal dunia pada 2 Februari 2025 pukul 07:00 pagi waktu setempat.

Bagaimana Influenza Picu Pneumonia?

Berita kematian Barbie Hsu sontak menimbulkan pertanyaan netizen terkait bagaimana influenza bisa memicu pneumonia, yang dapat berujung pada kematian.

Influenza atau flu seringkali dianggap penyakit yang ringan, sehingga kerap kali disepelekan. Padahal, jika tidak ditangani dengan tepat bisa berkembang menjadi pneumonia yang berbahaya dan mematikan lho ladies.

Influenza adalah infeksi virus yang sangat menular dan merupakan salah satu penyakit paling parah di musim dingin. Penyakit ini sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lainnya, biasanya saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Infeksi virus influenza dapat menyebabkan sistem imunitas atau kekebalan tubuh melemah dan menyebabkan peradangan yang dapat merusak saluran pernapasan, sehingga membuka jalan bagi infeksi bakteri atau virus lainnya menyerang paru-paru, termasuk pneumonia.

Apa Itu Pneumonia? 

Dilansir dari ayosehat.kemkes.go.id, pneumonia atau disebut juga paru-paru basah adalah kondisi peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru. Peradangan ini menyebabkan alveolus (kantong udara) terisi oleh cairan, sehingga membuat paru-paru tidak dapat berfungsi dengan baik.

Pneumonia disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Kamu juga bisa tertular pneumonia dari seseorang yang mengalaminya, atau terkadang bisa juga dipicu oleh infeksi lainnya seperti flu, virus pernapasan syncytial (RSV), COVID-19, serta infeksi jamur. Pneumonia juga bisa disebabkan oleh sesuatu yang masuk ke paru-paru, seperti air atau makanan (pneumonia aspirasi).

Gejala Pneumonia

Pneumonia dapat ditandai dengan sejumlah gejala, beberapa gejala yang umum terjadi meliputi:

  • Demam disertai nyeri kepala dan tubuh menggigil.
  • Batuk tidak berdahak atau berdahak dengan cairan mengandung nanah berwarna kekuningan.
  • Nyeri dada ketika bernapas, hingga napas yang pendek.
  • Mual, muntah, dan diare.
  • Nyeri pada otot, sendi, dan mudah lelah.
  • Denyut nadi melemah hingga 100 kali per menit.

Diagnosis Pneumonia

Untuk mendiagnosis pneumonia perlu melakukan pemeriksaan ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada paru-paru untuk mendengarkan apa ada suara yang tidak normal saat pasien bernapas. Beberapa pemeriksaan lain yang diperlukan dalam diagnosis pneumonia meliputi:

  • Rontgen dada

Membantu dokter untuk mendeteksi pneumonia dan menentukan lokasi serta penyebab infeksi.

  • Pemeriksaan darah

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya infeksi yang ditandai dengan peningkatan sel darah putih.

  • Pemeriksaan denyut nadi

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat seberapa banyak kadar oksigen yang beredar dalam tubuh, dan bisa digunakan untuk menentukkan separah apa pengaruh pneumonia terhadap pertukaran udara di sistem pernapasan.

  • Tes dahak

Dahak pasien akan dianalisis untuk melihat kuman yang menyebabkan infeksi pada paru-paru.

Pneumonia Dapat Sebabkan Komplikasi dan Kematian

Pneumonia dapat memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Tingkat keparahan pneumonia bervariasi. Pada kasus ringan, biasanya pemberian antibiotik sudah cukup untuk mengobati pneumonia dan kebanyakan akan membaik dalam dua hingga empat minggu.

Pada kasus pneumonia yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:

  • Abses paru: infeksi menyebar ke paru-paru dan membentuk abses, yakni kantong berisi nanah.
  • Empyema: infeksi dapat menyebar ke ruang pleural, yakni ruang antara paru-paru dan dindig dada, yang menyebabkan penumpukan nanah.
  • Sepsis: kondisi ini terjadi ketika infeksi atau bakteri menyebar ke sistem aliran darah, yang dapat memengaruhi organ tubuh lainnya dan berpotensi mengancam jiwa.

Disamping itu, kondisi kesehatan yang sudah ada juga dapat berperan signifikan pada keparahan kasus pneumonia, seperti sistem imunitas tubuh yang lemah, penyakit paru-paru kronis, atau kondisi medis lainnya.

Pada kasus Barbie Hsu, belum ada konfirmasi resmi mengenai riwayat kesehatan yang dimilikinya. Namun, influenza diduga sebagai pemicunya. Perlu diketahui bahwa influenza bisa memperburuk kondisi paru-paru dan meningkatkan risiko pneumonia berat.

Faktor usia juga ternyata turut berperan dalam perkembangan kasus. Bayi, anak-anak, dan orang tua cenderung lebihi rentan terhadap pneumonia berat dan kematian. Menurut data WHO, pneumonia menyumbang 14% dari seluruh kematian anak di bawah usia 5 tahun, yang menewaskan hampir 750 ribu anak pada tahun 2019.

Selain itu, kebiasaan merokok juga dapat membuat seseorang lebih berisiko terkena infeksi pneumonia dan meningkatkan risiko untuk mendapatkan perawatan intensif hingga kematian.

Bagaimana Pengobatan Pneumonia?

Ada beberapa metode pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi pneumonia, yaitu:

  • Terapi kausal

Terapi ini melibatkan pemberian antibiotik atau obat antijamur, yang bekerja dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman penyebab infeksi. Pilihan jenis obat akan disesuaikan dengan jenis kuman penyebab dan tingkat keparahan penyakit.

  • Terapi Suportif Umum

Terapi ini akan disesuaikan dengan keadaan pasien. Jika pasien mengalami kesulitan bernapas, dokter akan memberikan terapi oksigen. Terapi suportif lainnya bisa meliputi pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrassi dan obat penurun demam atau Pereda nyeri untuk mengurangi gejala yang tidak nyaman.

  • Terapi Inhalasi

Terapi ini melibatkan penyaluran obat langsung ke paru-paru melalui inhaler atau nebulizer. Ini sangat bermanfaat pada kondisi pasien yang membutuhkan pengobatan segera. Terapi ini berguna untuk menghindari efek samping yang berkelanjutan, mengencerkan dahak yang kental dan kekuningan, serta mengatasi infeksi.

  • Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada melibatkan serangkaian latihan pernapasan dan teknik batuk untuk membantu mempermudah proses pengeluaran dahak dari paru-paru. Terapi ini dapat membantu mempercepat pemulihan dan mencegah komplikasi.

  • Rawat Inap

Pada kasus pneumonia yang berat atau jika pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi, rawat inap mungkin diperlukan. Pasien akan dipantau secara ketat dan menerima perawatan intensif jika diperlukan.

Apakah Pneumonia dapat Dicegah?

Pneumonia dapat dicegah melalui beberapa cara, seperti:

  • Vaksinasi: vaksin pneumokokus dan vaksin influneza dapat membantu mencegah beberapa jenis pneumonia.
  • Cuci tangan: mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat mencegah penyebaran kuman yang dapat menyebabkan pneumonia.
  • Pola hidup sehat: makan makanan bergizi seimbang, olahraga teratur, dan menghindari rokok dapat memperkuat sistem imunitas dan mencegah pneumonia.
  • Hindari kontak dengan orang sakit: jika mungkin, hindari kontak dengan orang yang sedang sakit pneumonia atau influenza, karena termasuk penyakit menular.

Sumber:

Center for Disease Control. (2024). Pneumonia. https://www.cdc.gov/nchs/fastats/pneumonia.htm

Duval L. (2024). How Does the Flu Become Pneumonia?. https://www.passporthealthusa.com/2024/08/how-does-the-flu-lead-to-pneumonia/#:~:text=With%20a%20weakened%20immune%20system,causes%20inflammation%20in%20the%20lungs.

National Health System. (2023). Pneumonia. https://www.nhs.uk/conditions/pneumonia/

National Heart, Lung, and Blood Institute. (2023). What Is Pneumonia? Fact Sheet. https://www.nhlbi.nih.gov/resources/what-pneumonia-fact-sheet

Stattin, K., Eriksson, M., Frithiof, R., Kawati, R., Crockett, D., Hultström, M., & Lipcsey, M. (2024). Smoking is associated with higher risk of contracting bacterial infection and pneumonia, intensive care unit admission and death. PloS one19(5), e0302505. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0302505

Tysara, L. (2025). Barbie Hsu Meninggal karena Penumonia, Seberapa Mematikan Penyakit ini?  https://www.liputan6.com/hot/read/5907553/barbie-hsu-meninggal-karena-pneumonia-seberapa-mematikan-penyakit-ini?page=3

WHO. (2022). Pneumonia in children. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia

Article Lainnya

No Content Available